Nasihat Malik bin Dinar Menyentuh Hati Pencuri
Oleh Amri Amrullah
Kisah ini tentang seorang pencuri yang justru malah
bertobat usai mencuri dirumah korbannya. Usut punya usut, ternyata pemilik
rumah yang menjadi sasaran target oleh pencuri kali ini bukan sosok sembarangan.
Si empunya rumah adalah tokoh terkemuka dari generasi tabiin. Ia adalah Malik
bin Dinar, murid para sahabat Rasulullah. Pencuri tersebut memanjat tembok
sebuah rumah dimalam yang sunyi dan gulita, saat masuk di rumah sang ulama,
sipencuri mulai mencari barang-barang berharga. Namun, ia telah melihat seisi
rumah, tak ada yang dapat ia ambil sebagai barang berharga. Sipencuri
benar-benar kecewa.
Tak mendapat hasil curian, sipencuri justru kepergok
sipemilik rumah. Rupanya si ulama tengah beribadah dan mengetahui rumahnya
dimasuki maling. Namun dengan santai sang ulama mendekati sipencuri dan berkata,
“saudaraku semoga Allah mengampunimu.” Anda memasuki rumah saya dan tak
mendapati barang yang layak diambil. Akan tetapi saya tak ingin anda
meninggalkan rumah saya tanpa membawa keuntungan,” ujar si ulama tanpa merasa
takut ataupun terkejut rumahnya dibobol maling.
Justru si pencuri lah yang merasa terkejut. Ia pun
bertanya-tanya, apa maksud si ulama. Malang betul nasibnya, tak mendapat curian,
tapi didapati mencuri oleh ulama pula, bisik hati si pencuri. Iapun hanya
membisu, menanti apa yang direncanakan sang ulama. Ulama tersebutpun pergi
kebelakang rumah dan mengambil sebuah wadah penuh air. Iapun menyodorkannya
kepada pencuri. Tentu saja sipencuripun kebingungan. “ambilah air wudhu dan
lakukanlah dua rakaat shalat. Karena jika anda melakukannya, anda akan
meninggalkan rumah saya dengan harta yang jauh lebih besar daripada harta yang
anda cari saat memasuki rumah saya,” kata sang alim.
Sedari tadi, sipencuri telah merasakan sebuah kerendahan
hati sang ulama. Tanpa pikir panjang, hatinya merasakan keinginan yang sangat
untuk menjalankan nasihat ulama. “ya, itu adalah tawaran yang sangat baik,”
kata sipencuri. Ia pun kemudian ber wudhu dan shalat dua rakaat. Setelah
melakukannya, ia berkata kepada sang ulama, “ wahai alim, apakah kau keberatan
jika aku tinggal sementara waktu disini? Aku ingin melakukan dua rakaat shalat
lagi,” ujarnya dengan mata berkaca. Ia merasakan keajaiban dalam hatinya saat
melakukan dua rakaat yang disarankan sang ulama.
Sang ulama pun menjawab, “silahkan, tetaplah disini,
sebanyak apapun rakaat yang anda inginkan untuk dilakukan ujarnya.” Sipencuri
senang. Bukan hanya tambahan dua rakaat ia bahkan shalat sepanjang malam di
rumah sang ulama. Ia terus beribadah hingga pagi hari. Saat pagi, sipencuri
pamit. Sang ulamapun berkata kepadanya, pergilah dan jadilah orang baik,”
ujarnya.
Namun sipencuri berubah pikiran. Ia enggan pergi dari
rumah sang ulama, ia pun berkata, apakah engkau keberatan jika aku tinggal
disini denganmu hari ini karena aku ingin berpuasa hari ini, katanya meminta.
Sang ulama pun
justru senang. “ tinggalah selama yang anda inginkan,” kata si ulama sipencuri
pun tinggal bersama sang ulama selama
beberapa hari. Ia selalu shalat tepat waktu dan tak pernah luput shalat malam.
Ia juga sangat rajin berpuasa. Hingga kemudian, sipencuri memutuskan untuk
pergi. Ia berkata kepada sang ulama, “aku telah memutuskan untuk bertobat dari
dosa-dosa ku yang telah lalu,” ujarnya. Sang ulama pun bersyukur dan bahagia,”sungguh
segala sesuatu ada di tangan Allah,” ujarnya. Sepulang dari rumah ulama,
sipencuri membenahi hidupnya. Ia mulai menjalani hidup sebagai seorang muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Hingga suatu hari, ia bertemu dengan kawan lamanya yang
berprofesi sebagai pencuri. Teman itupun bertanya, “apa kau sudah menemukan
harta yang banyak?” sipencuri yang telah mendapat hidayah pun berkata, ”saudara
ku, aku tak menemukan apapun, kecuali Malik bin Dinar, aku pergi untuk mencuri
dirumahnya namun ialah yang justru mencuri hatiku. Aku telah bertobat kepada
Allah dan akupun memohon ampunan kepada-Nya,” ujarnya.